Facebook SDK

banner image

PERHATIAN ORANGTUA  HINDARKAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK

Hak untuk hidup adalah hak yang paling utama diakui sebagai hak dasar manusia yang diakui dalam instrument hukum manapun, baik instrument hukum nasional maupun internasional.
Hak hidup ini biasanya berjalan jika hal-hal yang mendukung keberlangsungan hidup pun baik. Tentunya, orantua adaah yang pertama bertanggungjawab atas terjaminnya hak-hak anak seperti standar dari Unicef.

Perkembangan anak usia 2 - 6 tahun adalah usia golden age, dimana tumbuh kembangnya anak berada dalam fase sangat pesat. Pada masa inilah harapan anak menjadi manusia berkualitas kelak, bisa ditempa semaksimal mungkin. Diharapkan, jika orangtua mendukung dan memberikan hak anak bisa menjadikan kualitas hidup anak lebih baik.

Sebaliknya, jika pada fase golden age ini hak anak tidak diberikan dengan baik maka masa depan anak niscaya akan terganggu. Karena itu, selama anak hidup adalah kewajiban orangtua untuk membantunya tumbuh kembang secara maksimal.

Sejak usia 2 tahun, anak mulai berkembang dalam linguistik secara pesat. Disini ia belajar sesuatu dari apa yang didengar dan dibicarakan. Tahap ini juga, perkembangan imajinasi anak ikut berkembang pesat. Pada masa ini, pemikiran anak masih dalam masa egosentris dan animistik.
Egosentris adalah anak berpikir bahwa semu hal berpusat pada dirinya. Karena itu, jangan heran bila apapun harus sesuai kemauan si anak.

Sedangkan animistik adalah dimana imajinasi anak membuat hal apapun dalam khayalannya menjadi 'seolah' nyata. Hal ini biasanya terlihat tidak logis bagi orang dewasa. Ia bisa membuat tokoh imajiner khayalannya menjadi teman bicara dan bermainnya sehari-hari.

Jadi jangan heran, jika melihat anak bicara dan bermain dengan temannya yang tak terlihat karena itu memang ada dalam imajinasi anak.   Perhatian orangtua hindarkan kekerasan seksual Bagi anak, dunia ini adalah hal yang baru.

Anak yang cerdas akan selalu terdorong penasaran untuk mengetahui segala sesuatu. Pertanyaan ini apa dan itu apa, bahkan mungkin tentang hal-hal yang dianggap tabu oleh orang dewasa bisa saja ditanyakan anak.

Karena itu, saat anak bertanya usahakan agar orangtua tidak berhenti menjawab pertanyaan seorang anak. Sebab ia sedang mengembangkan imajinasinya dengan cara itu, dan itu hal yang wajar bahkan bisa mengembangkan daya kreatifitasnya.

Namun anak tetap harus diingatkan dengan realitas, sebab jika tidak maka bisa saja fantasinya akan mendorong anak melakukan hal berbahaya bagi dirinya. Berikan penjelasan secara logis pada anak soal fantasinya.

Bila fantasinya dibiarkan terlalu jauh, akibatnya anak akan dijauhi oleh lingkungannya. Ia akan dianggap anak pembohong dan tidak bisa dipercaya saat bicara realitas.

Terkait kasus kekerasan seksual, jika anak mengadukan hal tersebut maka sikapilah dengan baik dan tidak berlebihan. Usahakan untuk menggali informasinya sedetail mungkin. Namun hati-hati, orangtua harus bisa membedakan antara fantasi dengan pengalamannya sesungguhnya.

Biasanya, yang bisa melakukan hal itu adalah ahli psikologi forensik. Seorang psikolog forensik mampu membedakan, mana informasi imajiner dan mana informasi sesungguhnya berdasarkan pengalaman anak.

Jangan sampai orangtua terjebak dalam "False Memory Syndrom" (FMS) anak karena kecemasan yang tidak rasional. FMS adalah kondisi dimana anak memberikan informasi palsu dari daya imajinasinya, akibat tekanan pertanyaan orang dewasa yang sugestif.

Kecemasan orangtua yang tidak rasional, seringkali membuatnya bertanya secara "Interogatif" seperti penyidik bertanya kepada tersangka. Padahal, orangtua juga harus bantu si anak memahami antara informasi fantasi dengan realitas. Maka saat anak menceritakan apapun meski terdengar aneh atau tabu, tetap dengarkan agar ia merasa dihargai oleh orangtuanya.

Jangan membuat anak merasa tak didengar orangtuanya, sehingga ia akan berusaha mencari tempat bercerita pada orang lain. Tidak pedulinya orangtua pada anak, adalah sebab awal terjadinya kasus kekerasan seksual pada anak.

Sikap kooperatif orangtua dengan anak adalah sikap terbaik. Jika tak mampu bicara, ajaklah anak menggambar sambil bercerita. Jika bermaksud bertanya kepada anak, perhatikan cara bertanya agar tak menyudutkan anak.

Semakin menekan pertanyaan orangtua, maka anak semakin defensif dalam menjawab. Disinilah potensi munculnya "False Memory Syindrome" atau ingatan palsu, yang ternyata pertanyaan orang dewasalah yang jadi penyebabnya.
PERHATIAN ORANGTUA  HINDARKAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK PERHATIAN ORANGTUA  HINDARKAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK Reviewed by Antitesa on March 06, 2015 Rating: 5

No comments:

Home Ads

Powered by Blogger.