Facebook SDK

banner image

Satu meja, Satu fakta, Satu Arogan





Salah satu penyakit di indonesia yang sulit untuk di sembuhkan yaitu, mereka yang bukan pada porsi/bidang kerjanya bertingkah atau berbicara seperti ahli di bidang-nya. KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Erlinda, seketaris KPAI dan Mahakersa Dillon tim kuasa hukum JIS saat di wawancarai dalam program satu meja di kompas TV. Beberapa kali pengacara Mahareksa Dillon kuasa hukum dua guru JIS ini mengerti porsi yang dia miliki tentang ilmu medis, maka pengacara ini hanya bisa katakan “Saya bukan dokter, saya tidak bisa jelaskan anuscopy, kronos copy saya kurang tahu,  yang jelas ada kata-kata disitu tidak ada terdapat luka apapun pada anus anak.” Jelas Mahakersa. 

Beda dengan seketaris KPAI ini yang cenderung memaksakan pengetahuannya dalam bidang hukum maupun materi yang sebenarnya, terlebih lagi wakil KPAI ini tidak mengerti lembaga apa yang sekarang dia bekerja,  “Sidang terbuka itu boleh untuk semuanya tapi sidang tertutup tidak boleh, tapi kami lembaga tertinggi negara.” Ucap Erlinda yang disela langsung oleh tim kuasa hukum jis karena sebagaimana masyarakat tahu bahwa  KPAI bukan lembaga tertinggi di indonesia.

Fungsi KPAI tidak pada tempatnya seperti sebuah contoh, apakah anak korban itu adalah anak Indonesia? Jelas bukan karena anak korban mengikuti kewarganegaraan ayah-nya yakni USA (United States of America) Komisi Perlindungan anak Internasional mungkin cocok sesuai fungsinya, KPAI seharusnya lebih prihatin dan melindungi anak-anak pribumi karena masih banyak anak Indonesia yang terlantar di jalan-jalan kota Jakarta yang membutukan perlindungan, apakah KPAI hanya melirik pada anak-anak orang kaya saja? Sebuah pertanyaan bagi masyarakat mengenai fungsi kerja lembaga negara ini apa perlu di teruskan agar tidak membebani uang negara?

Terlebih dengan Komnas Ham yang tetap diam saat kejanggalan tersangka Azwar yang dinyatakan tewas bunuh diri, apakah Komnas HAM berfungsi hanya berdasarkan simpati atau lembaga ini tertuju pada hak asasi manusia seperti sebagaimana mestinya. Azwar memiliki hak asasinya sebagai manusia yang membutuhkan keadilan, akan tetapi  Komnas HAM menututup mata akan hal ini.

Satu meja, Satu fakta, Satu Arogan Satu meja, Satu fakta, Satu Arogan Reviewed by Antitesa on May 07, 2015 Rating: 5

No comments:

Home Ads

Powered by Blogger.